Logo DW

Kuasai Abad ke-21 dengan Belajar Pemrograman Komputer atau Coding

DW
DW
Sumber :
  • dw

Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar melibatkan teknologi digital di segala bidang, utamanya bidang industrialisasi. Untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, salah satu kementerian yaitu Kementerian Perindustrian juga meluncurkan peta jalan yang disebut sebagai Making Indonesia 4.0 Roadmap. Ini akan termasuk konektivitas teknologi dan pembangunan infrastruktur digital nasional.

Akan tetapi apakah ambisi nasional ini juga diikuti dengan pendidikan yang memadai di bidang komputasi yang merupakan dasar teknologi digital?

Kurie Suditomo pendiri codingcamp.id, lembaga yang memberikan pelatihan digital bagi anak usia 9 hingga 17 tahun, mengakui masih banyak salah kaprah yang memahami komputer hanya sebagai alat. Padahal, ilmu komputasi memiliki logika berpikir tersendiri.

DW Indonesia mewawancarai Kurie Suditomo tentang pentingnya mempelajari logika komputer, utamanya bagi anak usia sekolah.

Deutsche Welle: Bagaimana Anda melihat pendidikan coding di Indonesia apakah sudah cukup merata?

Kurie Suditomo: Indonesia masih jauh dari situ. Kalau kita mau berharap Indonesia ikut antusiasme dangan belajar coding itu hanya bisa terjadi di kelas sosial tertentu. Saya sudah 6 tahun di bidang ini tapi masih harus terus melakukan warming up market karena orang tua di kalangan menengah atas juga belum secepat ini menangkapnya. Memang selalu ada pihak-pihak yang menyambut jasa pelajaran coding bagi anak-anak, tapi belum seheboh yang terjadi di Cina atau Inggris misalnya yang sudah wajibkan coding bagi anak SD. Atau seperti di Amerika Serikat yang muncul dengan gerakan code.org atau di Estonia karena dulu perdana menterinya mantan programmer. Jauh sekali, realitanya adalah infrastruktur kita belum siap, marketnya belum panas, karena supply-nya juga belum cukup, guru-guru yang bisa mengajarkan coding kepada anak-anak juga belum terbentuk.

Hanya negara yang bisa melakukan pendekatan yang masif. Kalau macam saya gini kita puas dengan hal-hal yang sifatnya organik saja. Kita bikin acara, happy, anak-anak terlibat, antusias tapi berapa anak sih yang bisa terlibat? Paling 1.000-2.000, itu sedikit sekali dibandingkan dengan jutaan anak yang berusia di bawah 17 tahun di Indonesia.