Sony Dwi Kuncoro Kenang Aksi Gagahnya Bisa Juara di China

Tunggal putra Indonesia, Sony Dwi Kuncoro.
Sumber :
  • IG Sony Dwi Kuncoro

VIVA – Ajang Fuzhou China Open BWF World Tour Super 750 bakal mulai bergulir pada 5-10 November 2019 di arena Haixia Olympic Sport Center. Turnamen dengan total prize money US$700.000 tersebut juga akan jadi panggung beraksi deretan skuat pebulutangkis andalan Indonesia.

Jonatan Christie Ungkap Kunci Juara BAC 2024

Melihat sejarah pencapaian prestasi, memang tak banyak penggawa Merah Putih yang mampu merengkuh sukses di turnamen yang dulunya pernah turun level dari Super Series menjadi Grand Prix Gold pada tahun 2014 silam. Praktis hanya ada 4 wakil Indonesia yang pernah merebut posisi podium tertinggi ajang tersebut.

Liliyana Natsir/Vita Marissa (2007), Sony Dwi Kuncoro dan Markis Kido/Hendra Setiawan (2008) serta Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (2018) adalah para pilar Indonesia yang berhasil menaklukkan sindrom ganasnya bertarung merebut gelar di Negeri Tirai Bambu.

Hajar Shi Yu Qi, Jonatan Christie Melaju ke Final BAC 2024

Sekelumit pengalaman tentang dramatisnya merebut titel di tengah mitos sulitnya memenangkan gelar di “kandang macan” itu pun coba dikenang oleh seorang Sony Dwi Kuncoro. Salah satu tunggal putra andalan Merah Putih di dekade awal tahun 2000 tersebut masih ingat betul seperti apa rasanya jadi juara di negeri China.

 “Jadi saat 2008 itu merupakan salah satu masa-masa terbaik prestasi individu saya, di mana saya berhasil hattrick (tiga kali beruntun) juara Super Series yakni di Indonesia Open, Japan Open dan China Masters dalam setahun,” ungkap Sony kepada VIVA, Senin 4 November 2019.

Ucapan Syukur Jonatan Christie Akhiri Rekor Buruk Lawan Lee Zii Jia dan Tembus Semifinal BAC 2024

“Walaupun banyak sekali yang bilang kalau main China itu seperti main di kandang macan atau yang macam-macam lainnya, itu mitos saja. Buat saya kalau kita ada keinginan kuat dan konsentrasi yang bagus terus bisa mengatasi semua kondisi di lapangan, termasuk juga jaga makanan kita, pasti hasilnya bagus juga,” jelas Sony.

Kala itu, di tahun 2008 turnamen tersebut masih berlabel China Masters Super Series dengan total prize money hanya senilai US$200.000. Gelaran tersebut berlangsung 23-28 September 2008 di Olympic Sports Center di kota Changzhou, China.

“Serunya itu saat semifinal dan final saya yang cuma unggulan lima berhasil mengalahkan dua pemain andalan tuan rumah yang peringkat unggulannya di atas saya yakni Bao Chunlai di semifinal (unggulan 3) dan Chen Jin di final (unggulan 4) dengan poin cukup ketat juga. Penontonnya ramai, saya bisa menang orang China terkejut juga dan saya akhirnya bisa dikenal di sana,” tegas Sony.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya