Tantangan Berat Rionny Mainaky Angkat Prestasi Tunggal Putri

Kepala Pelatih Tunggal Putri Pelatnas PBSI, Rionny Mainaky
Sumber :
  • fox sports asia

VIVA – Kehadiran Rionny Mainaky sebagai Kepala Pelatih Tunggal Putri Pelatnas PP PBSI pada awal April 2019 tentunya menjadi kabar baik bagi skuat bulutangkis Indonesia. Deretan pemain bintang asal Jepang yang menjulang namanya berkat tangan dingin Rionny seolah menjadi jaminan bakal cerahnya masa depan tunggal putri Merah Putih.

Kento Momota Announces His Resignation from Badminton

Meski demikian, untuk membawa Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan bisa berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 tetap saja bukan perkara mudah bagi Rionny.

Buruknya pencapaian sejumlah pilar tunggal putri Tanah Air dan minimnya pasokan talenta pemain-pemain muda serta terbatasnya waktu jadi sekelumit tantangan yang harus dihadapi kakak kandung Rexy Mainaky tersebut.

17 Indonesian Athletes Qualify for the 2024 Paris Olympics

Hal ini setidaknya terbukti pada gelaran Malaysia Open 2019 Super 750 pekan lalu, di mana dua wakil tunggal putri yakni Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung harus langsung kandas di babak pertama.

Kondisi tersebut pun disikapi dengan sederet reaksi dari publik Tanah Air, termasuk juga oleh pengamat bulutangkis Broto Happy Wondomisnowo dan legenda Merah Putih, Imelda Wiguno.

Kisah Inspiratif Jonatan Christie, Atlet Bulutangkis yang Bangun Masjid dari Dana Bonus Asian Games

"Sebenarnya hadirnya Rionny kembali ke pelatnas seperti memberi angin segar, harapan sekaligus tantangan. Harapan dan tantangan ini yang bisa dibilang 'PR'-nya banyak. Daya juang, keuletan dan meningkatkan kualitas para pemain putri itu yang kita harapkan bisa dilakoni Rionny setelah kembali ke pelatnas," ungkap Broto Happy kepada VIVA, Senin 8 April 2019.

"Dan tantangan paling besarnya adalah saat ini tunggal putri Indonesia itu jauh banget tertinggal baik dari prestasi maupun peringkat dunianya untuk bisa lolos ke Olimpiade dengan kondisi waktunya terlalu mepet. Praktis mulai April ini sudah mulai perhitungan poin kualifikasinya. Dia datang itu kan enggak bisa instan, masih perlu proses, adaptasi, melihat karakter speak dan speed masing-masing pemain," tambahnya.

Dan pria yang khas dengan kumis tebalnya tersebut pun cukup menyayangkan hadirnya Rionny kembali ke pelatnas bisa dikatakan sedikit terlambat jika memang diproyeksi untuk bisa meloloskan tunggal putri Indonesia ke Olimpiade Tokyo 2020.

"Kalau memang ditujukan khusus untuk meloloskan tunggal putri ke Olimpiade terbilang terlambat. Jika mulai menangani skuat pada April ini, maka perhitungan poin Olimpiade akan bergulir bulan depannya, sementara di saat yang sama semua pemain putri dunia juga punya fokusnya lolos Olimpiade juga, dengan demikian maka persaingannya akan masuk masa yang sengit sekali," ujar Broto Happy.

Berbeda dengan Broto Happy, Imelda Wiguno lebih menyoroti beratnya tantangan Rionny membangun sektor tunggal putri mengingat terbatasnya jumlah pemain yang punya kemampuan dan jam terbang mumpuni di level top internasional.

"Kan semua itu balik lagi dari kualitas dan jumlah pemain yang tersedia. Kalau di Jepang mungkin memang 'bahan bakunya' itu sudah matang, jadi di level pelatnas sudah tinggal memoles dan mempertajam kemampuan untuk bersaing di level top dunia. Sementara untuk di sini ya Rionny pasti harus kerja ekstra keras lagi," tegas Imelda Wiguno. (luz)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya