Pecandu Narkoba Tersiksa Susah Sekarat

Ilustrasi
Sumber :
  • vstory

VIVA – Lagi-lagi pemakai narkoba jenis putau menelan korban. Belum lama ini, di Jakarta, sebut saja Didi, tewas mengenaskan usai menggunakan barang haram itu. Ia susah sakratul maut. Matanya terus melotot dengan mulut menganga. Mengerikannya lagi, tubuhnya pun penuh jamur. Naudzubillah min dzalik.

Oknum Polisi yang Diamankan Usai Pesta Narkoba di Depok Ternyata Kakak Adik

Titi (bukan nama sebenarnya) hanya mampu terdiam dan merunduk kepala usai melihat kondisi jenazah suaminya di kamar mayat. Sepatah kata terucap dari bibirnya, lalu kembali membisu.

Masih tersisa dalam pikiran Titi yang merasa malu saat seluruh warga kampungnya mencerca dirinya. Entah apa yang dikakukan Titi setelah kepergian suaminya.

Satu dari Lima Polisi yang Ditangkap Terkait Narkoba di Depok Dibebaskan

Perbuatan buruk Didi menjadi luka mendalam bagi Titi. Mungkin tak hanya Titi saja yang merasa malu, keluarga dan anak-anak pun juga malu.

Kendati demikian, Titi tak bisa menghindari kenyataan pahit ini. Dia sendiri juga kaget bukan kepalang saat Didi menjemput ajal di tempat kejadian perkara. Bola mata Didi mengeluarkan darah ketika sakratulmaut. Mulutnya menganga serta berbusa. Wajah Didi pucat pasi, persis seperti mayat hidup.

Awal Mula 5 Oknum Polisi Ditangkap Diduga Usai Konsumsi Sabu di Depok

Titi awalnya jijik dengan suaminya itu. Tapi, mau tidak mau, ia harus merawatnya. Mengerikan lagi, tubuh Didi kejang-kejang tiada hentinya. Jamur hitam tumbuh di sekujur Didi. Bukan kalimat-kalimat Allah yang terdengar dari mulut Didi. Melainkan jeritan layaknya orang yag tengah disiksa.

Memakai Putau

Didi menutup mata di usia ke-41. Almarhum meninggal akibat overdosisi mengkonsumsi narkoba jenis putau. Hasil kerja berupa rumah, mobil, dan perabotan rumah tangga berharga lainnya hangus untuk biaya berobat.

Anak dan istrinya tak terurus sudah. Kini rumah yang dibanggakan itu sudah terjual. Yang tadinya Titi menempati rumah mewah, serkarang harus rela menempati rumah kontrakan di kawasan Tanah abang, Jakarta, bersama kedua anaknya.

Didi adalah pengusaha yang terbilang sukses di kampungnya. Usaha rent car yang digeluti selama belasan tahun membuahkan hasil yang memusakan.

Sayangnya Didi tidak kuat iman. Lingkungan yang buruk membuatnya tersedot dalam lingkaran hitam. Titi menceritakan, tabiat suaminya yang itu karena pergaulan dengan teman-temannya. Padahal sudah lama Didi dinasihati oleh orang tuanya sendiri.

Berulangkali Titi menuturi Didi. Bahkan, hampir setiap hari Titi menasehati Didi agar meninggalkan barang haram tersebut. Entah kenapa suaminya itu tak menggubris sedikitpun saran dari istri dan orang tuanya.

“Bang Didi malah marah tiap saya ingatkan,” tutur Titi sambil terus menyesalkan keadaan.

Jika saja Didi bisa bertobat, mungkin tak akan seperti itu kematiannya. Jika saja Didi mau mendengarkan nasihat istrinya, mungkin batin Titi sekarang tak menyisakan perasaan malu. Tapi, itu semua sudah terjadi. Titi pun mencoba belajar ikhlas menerima keadaan.

Dulu, jauh sebelum Didi mengenakan narkotika, dia dikenal sebagai pria pekerja keras. Hidupnya hanya didedikasikan kepada anak dan istri. Menjadi suami tanggung jawab adalah prinsip Didi.

Bila ayam berkokok saat fajar tiba, Didi tak pernah telat untuk menunaikan ibadah shalat. Saat terik matahari berada di atas kepada, Didi pun bergegas menuju musala terdekat untuk menjalankan shalat Duhur. Di sore hari, Didi juga meluangkan waktu untuk shalat Asar.

Hingga mentari tenggelam pun Didi masih terlihat sujud dalam musala. Sampai akhirnya dia salat berjamaah bersama anak dan istri di rumah. Warga mengenal Didi sebagai lelaki yang bersahaja.

Sikapnya yang ramah membuat dia disegani warga sekitar. Kepada orang tanyapun, Didi tak pernah sedikit pun menghardik.

Jangankan menghardik dan mencela, untuk berkata “ah” saja Didi tak berani.

Hanya kepatuhan dan ketaatan yang selalu ditunjukkan Didi kepada orang tauanya. Sebagai kepala keluarga, Didi juga sangat menyayangi anak dan istrinya. Kelembutan dan kasih sayang menjadi perhatian Didi kepada anaknya.

Mulut Ternganga

Malapetaka itu berawal dari perkenalan Didi dengan Doni (nama samaran), sang pengusaha kaya. Mulanya Titi tak mengira jika Doni itu seorang pemakai narkoba. Dikap Doni juga tak menampakkan layaknya pemakai.

Tubuhnya juga terlihat sehat dan kekar. Jika Doni sudah berkunjung, maka selalu mengajak Didi entak kemana pergunya.; berangkat sore, pulang pagi. Yang biasanya Didi selalu terlihat duduk di musala saat azan berkumandang, saat itu sangat jarang lagi nampak batang hidungnya. Kian lama Didi pun meninggalkan shalat.

Di rumahnya juga Didi mulai malas mengajak anak dan istrinya beribadah.

Sampai pada suatu ketika, tepat beberapa bulan lalu, sepulangnya Didi keluar dengan Doni, ia dalam keadaan mabuk berat. Esok hari Didi merintih kesakitan di sekujur tubuh. Lagi-lagi Doni menjemput dan mengajak Didi.

Seiring dengan itu, Titi mrasa ada yang aneh dalam diri Didi. Ia terlihat linglung dan sering melamun sendiri. Parahnya, barang-barang mewah dalam rumah satu per satu lenyap bergantian, mulai dari motor, laptop, dan terakhir mobil yang direntalkan. Selama enam bulan lamanya baru dikathui jika Didi menjadi pemakai narkoba.

Suatu ketika, tanpa sepengetahuan Didi, siam-diam Titi membuntuti suaminya itu bersama Doni. Sunggung terkejut Titi ketika mendapati suaminya sedang berpesta narkoba. Begitulah ternyata Didi mengjabiskan harinya dengan Doni.

Tak ayal, sakit punmelanda Didi. Harta yang semula membukit, kini hanya menyisatakn huutang di mana-mana. Setiap hari terlihat seorang penagih berada di depan rumah mereka. Jika sudah begitu, hanya kebohongan yang keluar dari mulut Titi.

“Uang apa yang digunakan untuk membayar mereka? Harta sudah habis buat pengobatan,” ungkap Titi.

Bukanya membaik, tapi malah penyakit Didi semakin parah. Organ di tubuhnya sudah rusak dan tidak berfungsi dengan normah. Didi hanya menunggu malaikat maut dengan segera mencabut nyawanya itu.

Erangan-erangan Didi tak mengubah dan mengurangi rasa sakitnya. Yang ada malah warga ngeri melihatnya. Bola mata Didi juga meneteskan darah. Entah darah dari mana asalnya.

Warga hanya menduga jika penyakit yang mengerikan itu karena memang balasan dari Allah. Bahkan, ada yang mengatakan lebih baik mati saja ketimbang harus tersiksa sedemikian rupa.

Didi mengalami sakratul hebat yang susah di akhir hidupnya. Ia akhirnya ditemukan tewas usai berpesta narkoba. Semoga kisah ini senantiasa selalu mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.