Tabayun Makmum kepada Imam di Mina

Salat qasar di Masjid Alkhaif Mina.
Sumber :
  • vstory

VIVA.co.id – Banyak cara beribadah di Arab Saudi yang membuat jemaah haji Indonesia gumun keheranan dan bertanya-tanya karena belum pernah terlihat dan berbeda dengan praktik yang ada di Tanah Air. Salah satunya adalah salat zuhur qashar 2 rakaat, tanpa jama dengan ashar.

Arab Saudi Tak Hanya Tutup Akses Haji pada RI tapi Juga Negara Lain

Di Masjid Alkhaif Mina, begitu imam zuhur pada hari pertama tasyrik salam sebagai tanda usainya salat, beberapa makmum di depan saya saling pandang.

Sayup-sayup barisan di belakang saya, para makmum saling berbisik menyangka Imamnya lupa salat zuhur hanya 2 rakaat.

DPR Tuding Menteri Agama Tak Tahu Undang-Undang karena Batalkan Haji

"Ya kalo salah, yang depan pasti sudah ngingetin."

Seorang bergamis tiba-tiba maju membelah shaf jemaah menuju tempat imam. Nampak keduanya terlibat pembicaraan serius sampai akhirnya pria itu mundur meninggalkan imam.

Haji 2020 Ditiadakan, Bagaimana Nasib Puluhan Ribu Calon Haji Jatim?

Sejenak kemudian, selisih 5 orang dari sebelah kanan saya, seorang berpakaian kain ihram berdiri maju di sela-sela makmum salat. Langsung menuju Imam.

Sama seperti pria sebelumnya, pria ini bertabayun kepada imam tentang apa yang baru saja terjadi. Dia pun beringsut mundur setelah ngobrol dengan sang imam.

Bedanya, saat balik dia mendarat di dekat saya, lalu bertutur, "Imamnya tidak lupa. Dia memang mengqashar salat zuhur tanpa jamak dengan ashar. Katanya, Nabi melakukan qashar ini hanya saat di mina dan saat hari tasyriq untuk salat wajib yang 4 rakaat."

Keterkejutan semacam ini juga muncul di benak para jemaah haji Indonesia yang mayoritas menganut madzhab syafii. Sebut saja misalnya dari cara orang meletakkan tangan setelah takbiratul ihram.

Di Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram banyak sekali ditemukan orang yang tidak menempatkan tangannya di sekitar dada atau perut, atau tidak sedekap. Mirip seperti orang dalam posisi siap dalam baris berbaris.

Suatu ketika bahkan terlihat ada seorang yang dengan santainya datang ke masjid bercelana pendek selutut bersama teman-temanya yang bergamis panjang. Kalau di Tanah Air, mungkin banyak masjid yang menyediakan sarung atau mukena. Tapi saya tidak melihat itu tersedia di sini dan lelaki itu akhirnya salat dengan celana pendeknya itu.

Di hari yang berbeda, saat terpaksa salat di sebuah pusat belanja yang "connected" dengan Masjidil Haram, terlihat 2 anak muda salat dengan sepatu dan topi penutup kepala yang dimiringkan ke belakang.

Banyak cara dalam Islam beribadah atau yang biasa disebut dengan fiqih yang tentu saja memiliki argumentasi ilmiah tersendiri, hasil kajian para faqih di zaman dulu atau zaman termodern.

Kita yang datang belakangan tinggal memilih dengan pengetahuan sebelum kita secara spiritual bercengkeramah dengan Tuhan. Salat itu syariat yang harus dilakukan sementara berfiqih itu adalah pilihan. Dan berpengetahuan diperlukan agar kita tidak gampang gumun keheranan.  (Ahmad Muhibbuddin, Alumni Madrasah Aliyah Program Khusus Jember dan UIN Syahid Jakarta)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.