Menyiasati Waktu saat Terpaksa Harus Bekerja di Rumah

Menulis dan mengumpulkan tulisan tercecer untuk persiapan jadi buku (foto.dok Nur Terbit)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Selama berdiam diri di rumah sesuai imbauan pemerintah terkait virus Corona, memang lama-lama bikin kita bete, bosan, stres. Apalagi selama tidak keluar rumah, maka api dan asap dapur pelan-pelan mulai redup.

Tak mungkinlah berharap terlalu banyak dari subsidi 600 ribu/KK/bulan. Kami tahu dirilah. Kami tak masuk hitungan. Alhamdulillah, kami sekeluarga sehat wal afiat selama berdiam diri di rumah. Coba kalau ada di antara anggota keluarga yang sakit? Repot jadinya.

Sebagai pensiunan wartawan yang tetap ngotot masih mau jadi pekerja media "jarak jauh", maka solusinya adalah berupaya untuk terus menulis. Ya, menulis sebagai satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa keluar rumah (work from home).

Mau membajak sawah, nyangkul di kebun, jadi kuli panggul, tenaga sudah berkurang. Syukur-syukur dengan terus menulis, tulisannya bisa mendapatkan honor dari media atau penerbit yang membutuhkan hehe...

Sepanjang hari, sepanjang malam, hanya bisa berkutat di depan laptop. Atau memainkan jari-jari di keyboard smartphone. Mengetik, atau mengunggah foto dan video untuk blog dan channel YouTube.

Ya, tentu saja, sambil menata ulang, merapikan dan mengisi dengan artikel atau liputan video dari stok gambar yang ada di folder.

Syukur-syukur, kuota internet yang ada di modem, di handphone, masih kuat menopang pekerjaan. Itu juga kalau belum mulai ada gejala lemot. Buffering. Cuma bisa mutar-mutar. Owalah....

Adapun WiFi di rumah, sudah beberapa bulan ini dihentikan. Kami menyerah. Tak sanggup lagi membayar biayanya dan meneruskan langganan bulanan.

Mengonsumsi Serangga Ternyata Memiliki Banyak Manfaat untuk Tubuh, Apa Saja?

Pernah kami siasati. Mampir di cafe atau gerai makanan siap saji. Pesan minum dan sedikit cemilan, duduk berjam-jam, biar bisa gratis WiFi-nya. Bebas download aplikasi sekalian posting video ke YouTube.

Tapi sejak virus Corona merebak, membuat semuanya "ambyaaar". Program numpang WiFi gratis ikut jadi "buyar". Cafe dan mal banyak ditutup. Petugas pun mengusir mereka yang berkumpul.

5 Tips Lancar Ibu Hamil dan Menyusui Sehat saat Puasa Ramadhan

Lalu, khusus di Ibukota Jakarta, terhitung Jumat 10 April 2020, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun diberlakukan.

Maka lengkaplah sudah derita kami. Tidak bisa keluar rumah. Tidak boleh mudik. Semua kegiatan sosial keagamaan, untuk sementara dihentikan. Boleh dilakukan asal di rumah saja. Semua dari rumah.

7 Golongan Orang yang Tidak Wajib Melaksanakan Puasa, Apakah Kamu Termasuk?

Ya Rabb. Semoga Corona cepat berlalu. Kita semua diminta bersatu melawan virus mematikan dari Wuhan Cina ini. Doa dan ibadah juga harus lebih ditingkatkan. Allah senantiasa akan melindungi dan menyayangi hamba-Nya. Aamiin.

EFEK BERDIAM DI RUMAH

Sungguh. Ini serius. Makin lama berdiam di rumah, makin tambah stres dan was-was. Hanya bisa berjemur diri di pagi hari, atau nonton sinetron di TV. Sesekali terdengar "hiburan" lain, dari bunyi serine dan kerlap-kerlip lampu dari mobil ambulans masuk kompleks. Mencekam.

Pintu gerbang di kompleks perumahan, juga ditutup rapat. Hanya ada satu pintu yang dibuka untuk keluar-masuk. Petugas keamanan pun berjaga-jaga, sambil sesekali pula mencuci tangannya. Untuk penangkal virus, katanya.

Tiba-tiba saya merasa diawasi, seolah seperti menjaga seorang publik figur, pejabat, tokoh partai, atau selebriti yang tinggal di perumahan elit. Penjagaan keamanan terasa lebih diperketat.

Ya, sesuatu yang berbeda saya rasakan seperti selama ini. Berbeda jauh ketika motor saya, dan juga motor-motor tetangga -- yang diparkir di teras rumah dengan kunci tambahan -- raib digondol maling. Padahal itu motor kredit, baru dicicil 2-3 bulan berjalan. Geram rasanya.

Itu belum seberapa, jika dibanding hari-hari belakangan ini. Coba saja. Di tengah berdiam diri di dalam rumah, sambil nonton sinetron atau berita di TV, tiba-tiba terdengar suara : Wiuw...wiuw...wiuw..!!

Tak ada yang bisa beranjak dari dalam rumah. Terkendala aturan "stay at home". Misalnya, mau mendatangi datangnya suara tadi. Gak boleh ada yang mendekat, cukup melihat dari jauh. Ya, tak apalah demi keselamatan bersama. Ok aja kita mah.

Tapi, sungguh, kami semua tahu koq di dalam rumah. Bahwa suara di luar tadi, adalah suara mobil ambulance. Kami hapal betul koq suaranya. Bunyi serine yang khas dan menakutkan : Wiuw...wiuw...wiuw..!!

Iya betul. Mobil ambulans itu datang dan parkir di depan rumah tetangga kami. Entah mereka sakit apa. Ada yang bilang kalau mobil ambulance tadi, bukan mau menjemput pasien. Tapi datang membawa jenazah dari rumah sakit. Wow...jangan-jangan dia....? ah jangan cepat memvonis.

Yang pasti, sejak virus Corona itu merebak, muncul banyak spekulasi, juga informasi akan adanya obat penangkal virus. Tiba-tiba harga temu lawak dan jahe, melonjak mahal. Juga masker di apotik tiba-tiba menghilang. Padahal Presiden Jokowi sudah perintahkan: ke mana-mana wajib pakai masker. Duh...

Hari ini, kami masih tetap berusaha bertahan. Berdiam diri di rumah bagai penghuni penjara. Tidak seperti narapidana yang malah dibebaskan mudik massal pulang kampung. Kami tetap bekerja di rumah sambil berharap, masih ada Sembako yang bisa diolah jadi makanan.

Ya Allah, kami semua hanya bisa lebih giat beribadah, dan tentu, sambil memperbanyak baca doa. Semoga virus Corona ini cepat berlalu. Aamiin

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.