Catatan Ringan: Kelitikan Jokowi ke Sandi Uno Bisa Memutus Hubungan Anies-Sandi

Sandiaga Uno
Sumber :
  • vstory

VIVA - Pasca peritiwa panasnya hubungan Indonesia dengan China di ZEE perairan Natuna. Tertangkapnya Komisioner KPU Wahyu Setiawan oleh KPK yang menyeret oknum partai pemenang pemilu yang membuka luka lama hasil pemilu serentak, Pak Jokowi ternyata tak habis stok humornya. Sekarang yang digoda Presiden Jokowi lawannya di Pilpres yang baru lalu, Sandiaga Uno.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Presiden Jokowi hadir dalam acara pelantikan pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2019-2022. Di acara yang sama hadir juga Sandiaga Uno selaku mantan Ketum HIPMI. Senior HIPMI. Melihat kehadiran Sandiaga, Pak Jokowi yang memang friendly, bersahabat dengan siapa saja, meski bersaing melontarkan pesan, "Hati-hati 2024." Sontak hadirin bertepuk tangan.

Lebih lanjut Presiden Jokowi mengatakan, "Tadi kan disampaikan Ketua Dewan Pembina, kalau 2024 nanti kemungkinan yang hadir di sini adalah kandidat yang kemungkinan besar akan menggantikan saya. Dan saya meyakini itu." Presiden memang tidak menyebut nama Sandi, tapi dengan kalimat, "bisa saja yang berdiri tadi." Maksudnya tak lain adalah Sandiaga Uno. Itulah cara Presiden Jokowi dalam mencairkan suasana. Ringan, tapi mengena pada sasaran yang tepat. Ngewongke, bahasa Jawanya.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Di sisi lain, apa yang disampaikan Presiden Jokowi bisa diterjemahkan lebih luas dan liar. Tak mungkinlah Presiden "menggoda" tanpa dasar atau informasi yang akurat. Sepertinya, Presiden Jokowi lebih nyaman yang menggantikannya nanti Sandiaga Uno, bukan yang lain, termasuk Gubernur Anies Baswedan yang saat ini digadang-gadang oleh pendukungnya. Apalagi Sandi sendiri seorang politisi, elit partai dan pernah terjun dalam kontestasi Pilpres.

Colekan Presiden Jokowi ke Sandi Uno mengirim pesan kuat, bahwa memang hubungan Presiden Jokowi dengan Gubernur Anies Baswedan bak api dalam sekam. Panas. Sulit untuk dipersatukan.

Membongkar Tuduhan Pratikno sebagai Operator Politik Jokowi, Strategi untuk Menjatuhkan

Di satu sisi Gubernur Anies dalam menangani banjir yang melanda Jakarta kemarin, kerapkali merespon langsung Pemerintah Pusat dan Presiden Jokowi secara langsung. Gubernur Anies head to head langsung dengan Presiden Jokowi dan Pemerintah Pusat. Secara fatsoen politik keliatannya memang tak elok.

Kesannya Gubernur Anies lakukan perlawanan. Dan menurut saya hal ini disengaja untuk menaikkan popularitasnya. Harus diakui, banjir dengan segala keributannya di dunia maya, seperti berkah buat Gubernur Anies untuk mengekploitasi namanya se-Republik. Banjir di mana, Gubernur Anies yang disalahkan. Tampaknya dia menikmati candaan dunia maya itu.

Fakta bahwa jumlah, luas daerah dan korban terdampak langsung akibat banjir di awal tahun 2020 itu memang jauh menurun dibanding gubernur-gubernur sebelumnya. Statisk menunjukkan hal itu. Tak bisa dibantah.

Dan banjir Jakarta pernah membawa Gubernurnya jadi Presiden, yakni Pak Jokowi. Dan apakah Gubernur Anies bisa mengikuti jejak Presiden Jokowi? Waktu yang akan menjawab.

Bila dilihat hingga saat ini Gerindra-PKS belum juga sepakat soal wagub pengganti Sandiaga Uno, maka itu pertanda ada masalah antara Gubernur Anies dengan partai pengusungnya. Pasti kedua parpol itu tak sreg lagi dengan Gubernur Anies. Gubernur Anies dilihat asyik sendiri dibantu dengan timnya untuk meningkatkan popularitas tanpa membawa parpol pengusungnya: Gerindra-PKS dalam berbagai kegiatan.

Di sisi lain, bisa jadi Gubernur Anies juga kecewa melihat kedua parpol pengusungnya itu sengaja membuatnya pincang, tertatih-tatih dalam mengurus Ibu Kota. Kebayang betapa beratnya mengurus Jakarta sendirian tanpa bantuan Wagub, meski ada kepala dinas dan TGUP yang membantunya.

Tahun 2024 kelihatannya masih jauh, tapi sebetulnya sudah di depan mata. Dan Pak Jokowi pun sudah mengingatkan hal itu.

Apa yang dilakukan Gubernur Anies dan para pendukungnya pun, tak bisa dilepaskan dari kontestasi pilpres tahun 2024. Tapi mereka lupa, bahwa peran partai politik sangat menentukan, maju atau tidaknya seseorang. Gubernur Anies bisa saja nyapres, sebaliknya bisa juga tidak. Semua tergantung keputusan partai politik.

Dan di sinilah canda Presiden Jokowi ke Sandiaga Uno itu mengena. Bagaimanapun juga Sandi memiliki partai, dan elit partai besar. Sementara Gubernur Anies tak punya partai. Dan kelitikan Jokowi ke Sandi bisa ditebak maksudnya, "sudahlah jalan sama saya, jangan bawa-bawa yang lain."

Maukah Sandi meninggalkan Anies? Dalam politik semuanya bisa terjadi. Meski keduanya memiliki hubungan yang erat, termasuk kedua ibunda masing-masing bersabat sejak usia muda. Sekolah bersama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.