Catatan Ringan: Kebencian itu Membakar Kredibilitas dan Integritas

Jokowi dan Anies Baswedan
Sumber :
  • vstory

VIVA - Setelah saling bantah terkait penyebab banjir Jakarta, Gubernur Anies Baswedan memuji kepemimpinan atau leadership Presiden Jokowi yang dinilainya kuat. Pujian itu dilontarkan Gubernur Anies kala meresmikan PT Moda Transportasi Terintegrasi Jabodetabek. Menarik.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Paska Pilkada Jakarta, hubungan Presiden Jokowi dengan Gubernur Anies ibarat api dalam sekam. Dipermukaan tampak biasa, tapi dibawah permukaan panas membara. Apalagi Gubernur Anies dapat limpahan pendukung Prabowo yang anti Jokowi.

Jadi pujian Gubernur Anies kepada Presiden Jokowi itu seharusnya dapat mendinginkan suasana di kalangan pendukung keduanya. Tapi kenyataannya, tidak seperti itu.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Mengapa? Karena aroma kebencian sudah merasuki sukma kedua pendukung. Dan kebencian itu sejujurnya membakar kredibilitas dan integritas para pendukung itu sendiri. Ibarat api membakar kayu. Berakhir, jadi abu semua.

Karena kebencian pula, sampai orang-orang yang menurut saya terdidik membuat video kanibalisasi Gubernur Anies. Dan menurut saya video itu pun sengaja disebar. Tampak sekali kebencian itu dilestarikan. Tujuan selain adu domba, ya menggergaji orang yang ditarget dengan segala cara. Dan dalam hal ini Gubernur Anies.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Di setiap pemimpin pasti ada plus dan minusnya. Tak ada yang sempurna. Apa yang dinikmati baik dan buruknya saat ini. tak lepas dari masa lalu. Misalnya, terkait banjir Jakarta secara statistik kecamatan dan orang yang terdampak banjir saat ini (2020) jauh menurun dibanding periode sebelumnya.

Apakah itu semuanya karena Gubernur Anies semata? Ya pasti tidak, pasti ada kontribusi dari program pembangunan Gubernur-gubernur sebelumnya, termasuk Gubernur Belanda yang terlebih dahulu membangun, misalnya pintu air Manggarai yang dibangun tahun 1918.

Pilkada dan Pilpres, sudah selesai. Baik Pak Jokowi dan Pak Prabowo berjiwa besar. Pak Jokowi dengan lapang dada mengajak Pak Prabowo untuk bergabung di pemerintahan. Demikian juga Prabowo dengan jiwa besar mau membuang egonya dan menerima sebagai pembantu Presiden Jokowi.

Tak mudah untuk bisa bersikap seperti keduanya. Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo menurut saya luar biasa, karena mampu membuang egonya masing-masing demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sayang sikap "ikhlas" Pak Jokowi dan Pak Prabowo tak menjalar sampai relung hati para pendukung keduanya. Yang anti Jokowi tetap dan kini "berkumpul" di barisan yang menggadang-gadang Gubernur Anies. Yang mendukung Jokowi melampiaskan kebenciannya dengan terus menyerang Gubernur Anies.

Ekonomi Indonesia ke depan semakin berat, bila melihat kejatuhan penerimaan negara dari sektor pajak. Artinya dunia usaha nasional kinerjanya tidak sebaik seperti sebelum-sebelumnya.

Belum lagi masalah perang dagang China-AS yang terus berlanjut. Ditambah lagi situasi Timur Tengah semakin bergejolak setelah terbunuhnya seorang Mayor Jenderal Iran. Ini akan berdampak pada naiknya harganya minyak. Sementara Indonesia adalah net importir minyak.

Melihat fenomena di atas, saya teringat QS. Almaidah; ayat 8; "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.