Bagaimana Permainan Konglomerat Menguasai 200 Juta Penduduk?

Anda harus punya wajah Rahman.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Permainan ini ibarat tes kesabaran, siapa yang sabar menunggu dapat permen. Masyarakat di bawah tidak diberi uang, hanya 24% uang beredar dibagi untuk 200 juta penduduk, sisanya 76% untuk 45 juta golongan atas nasabah penerima kredit.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

1. Permainan game dengan konglomerat, mereka bersahabat dengan rahman. Anda harus sabar, dan pengampun.

Tapi Anda tidak diberi uang. Otomatis Anda tercekik.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

2. Jangan berkutat pada gadai menggadai. Anda ujungnya bisa menggadai istri. Lupakan sejenak urusan ini, pikir yang lain.

Kesalahan pertama adalah, Anda tidak sabar, dan butuh uang, Anda posisi tercekik

Membongkar Tuduhan Pratikno sebagai Operator Politik Jokowi, Strategi untuk Menjatuhkan

Segera Anda hijrah ganti lingkungan, dari lingkungan A yang cekik mencekik, menjadi lingkungan atas.

3. Bila Anda bisa lupakan poin 2, maka Anda mulai kumpulkan kuasa power Anda, selain uang. Apabila Anda masih ketergantungan pada uang, mereka tidak butuh Anda.

Hati-hati pada saat resesi pandemi covid ini tiba-tiba industri percetakan, copy, jilid dan pendidikan lumpuh, ada jutaan orang kehilangan lapangan kerja. Anda jangan ikut kalut. Percuma Anda kalut.

4. Konglomerat butuh Anda apabila Anda bisa mengumpulkan power tanpa uang. Anda bisa bertindak, tanpa uang. Maka power Anda dibutuhkan konglomerat.

Kesalahan kedua adalah Anda tidak tahu power Anda darimana

Walaupun Anda jenderal bintang empat, Anda harus punya wajah Rahman. Walaupun Anda ketua panitia 212 Anda harus punya wajah Rahman. Walaupun Anda keponakan jaksa agung Anda harus punya wajah Rahman. Walaupun Anda ponakan Chaerul Tanjung Anda harus punya wajah Rahman.

Nah, tadi disebutkan bahwa sekarang banyak industri padat karya lumpuh, banyak pengangguran. Juga banyak calon pilkada ditangkap. KPK semakin memelototi dana pilkada, terakhir Harun masih dikejar oleh KPK. Nah, ini pada calon pilkada adalah power, new balance.

Dulu Anda menyuruh orang ruwet bukan main, sekarang setiap orang siap disuruh. Tapi jangan sekali kali berdekatan dengan orang yang kalut. Itu menular.

5. Mereka konglomerat berprinsip, bila dengkulmu tidak bisa menghasilkan, darimana dengkul mereka menjadi Rp100T. Saat itu Anda segera dibutuhkan dalam game konglomerat.

Kesalahan ketiga adalah Anda lupa konglomerat, mereka bersahabat dengan rahman. Tidak ada jalan lain. Tapi Anda keburu dendam, membalas, dan bersikap negatif. Anda belum tahu permainan game mereka. (Penulis: Goenardjoadi Goenawan, Kepala Divisi Ekonomi NSI Nawacita Sosial inisiatif)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.