Banyak Salah Pengertian pada saat Kita Memainkan Kuasa

Ilustrasi saat memainkan kuasa.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Disangka seseorang memainkan kuasa karena dia menantu Pak Jenderal. Tidak. Keliru. Tapi kenapa banyak menantu Jenderal jadi pemegang kuasa? Ya itu dia diberi ilmu oleh orangtuanya.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Disangka seseorang dapat kuasa karena duitnya banyak. Keliru. Seseorang dapat kuasa karena diberi tahu ilmu kuasa, baik dia miskin atau kaya.

Disangka seseorang pegang kuasa karena dia senior. Keliru. Tentu dia senior lebih paham duduk persoalan. Tapi tanpa diberi tahu, tidak mungkin sesrorang pegang kuasa.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Kuasa adalah rahasia kekuatan sebuah organisasi. Ya. Rahasia kekuatan sekaligus nyawa atau hidup matinya perusahaan harus dipegang orang yang memiliki pengetahuan cukup tinggi untuk menguasai tombak kuasa.

Misal, penggantian CEO. Disangka orang yang paling pintar menduduki posisi tersebut. Keliru. Yang paling pintar dikendalikan yang pegang rahasia. Rahasia tersebut sifatnya fatal, mematikan.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Seseorang memegang kuasa, karena dia membeli atau membayar. Misal, ada pelukis jago, ada pembeli bos. Kenapa hubungan keduanya harus lewat saya?

Saya membayar. Iyalah. Pasti bayar. Tapi kenapa bos yang sangat demanding dapat dilayani, pada saat melalui saya?

Ternyata pelukis memiliki kaidah seni. Kaidah ini sakral. Bos memiliki kaidah hedonis. Yaitu kesukaan. Keduanya dikelola, dan dilayani oleh saya.

Pelukis yang handal butuh dipuja, dipuji. Ya kita bayar dengan harapan, untuk order sebanyak mungkin. Bila bos puas, tentu dia akan pesan lagi.

Kadang ada kondisi suksesi. Big bos menyerahkan tongkat tombak sakti kepada anaknya, tapi CEO yang baru belum tentu paham kesaktian tersebut di tangan 'anak' bos. Mereka yang paham rahasia ini, dipilih menjadi CEO baru. Dia tahu siapa tuannya.  (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM, Alumni IPB Teknologi Pangan, dan Magister Manajemen Universitas Indonesia Lulus 1989)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.