Transportasi Online, Antara Kesehatan dan Pendapatan

Di masa pandemi ini, pengendara transportasi online mengalami masalah pelik. Meskipun begitu driver tetap bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari jasa mengantarkan barang.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Di masa pandemi ini, pengendara transportasi online mengalami masalah pelik. Pendapatan mereka berkurang drastis sejak wabah menyerang, skema work from home diberlakukan banyak perusahaan dan jumlah pengguna aktif aplikasi berkurang.

Berdasarkan data rata-rata pengguna aktif pada aplikasi Gojek pada akhir Februari 2020 berada di kisaran 3,3 juta pengguna. Sedangkan, Grab memiliki rata-rata 3 juta pengguna. Akan tetapi, memasuki bulan Maret 2020 mulai terjadi penurunan. Pengguna aktif Gojek menurun sekitar 14?ri rata-rata mingguan pada 13 Maret sekitar 3,2 juta pengguna, menjadi hanya 2,5 juta pengguna pada 26 Maret 2020.

Sementara Grab, mengalami penurunan hingga 16?ri rata-rata sekitar 2,5 juta pengguna aktif menjadi hanya 2 juta pengguna aktif pada 26 Maret 2020. Data ini juga menunjukkan penurunan pada minggu kedua bulan Maret yakni pada tanggal 19 Maret, Gojek turun di angka 2,9 juta sedangkan Grab hanya 2,4 juta.

Keresahan driver bertambah ketika tarif yang dipasang oleh aplikator tak berubah, padahal mereka berharap harga yang dikenakan dapat lebih tinggi. Cerita lain juga didapat dari pengendara transportasi online, para driver yang lebih banyak mengambil pesanan antar barang, selama masa pandemi ini mereka mengaku pendapatannya bertambah.

Masalahnya, saat membawa penumpang dilarang seperti sekarang, maka driver lain akan beralih ke layanan lain, termasuk antar barang. Mereka juga kesulitan saat mengantar barang ke kawasan kompleks dan apartemen. Ketika memasuki pos penjagaan, tubuh mereka disemprot desinfektan, harus mencuci tangan, suhu tubuh diperiksa, dan lain-lain.

Walaupun begitu, hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang dilakukan kepada mitra aplikasi transportasi online Grab menyebutkan, mayoritas driver ojol masih akan bertahan setelah pandemi Covid-19 selesai. Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, 98 persen driver ojol yang berada di daerah Jakarta dan sekitarnya masih akan menjadikan Grab sebagai sumber pendapatan utama.

Berdasarkan hasil studi tersebut, meski sempat tidak dapat mengangkut penumpang, driver ojol masih mampu menggunakan jasa lain, seperti pengiriman barang dan makanan, sebagai sumber pendapatan.

Di era normal baru atau new normal ini, salah satu penyedia transportasi online, Grab, melakukan beberapa penyesuaian di layanan GrabCar dan GrabBike. Salah satu caranya dengan menerapkan program Grab Protect. Perusahaan menyediakan hand sanitizer, masker, hairnet, partisi hingga stasiun sanitasi untuk disinfeksi kendaraan. Tujuannya, agar mitra pengemudi bisa mengangkut penumpang, dengan tetap berupaya mencegah penularan virus corona.

Untuk menyiapkan Grab Protect ini, Grab melakukan beberapa hal. Pertama, mereka mengedukasi para mitra pengemudi bagaimana menghadapi Covid-19 dan new normal. Untuk GrabCar sudah Grab lakukan cukup lama, dari awal pandemi. Mereka membagikan hand sanitizer, masker, mengajarkan cara mencuci mobil.

Mereka juga membuat stasiun sanitasi untuk mobil dan juga memasang protection atau pembatas antara driver dan penumpang. Juga memastikan driver selalu menggunakan hand sanitizer. Untuk GrabBike, prosedurnya sama yaitu pembagian hand sanitizer dan masker saat PSBB untuk delivery, karena belum bisa mengantar penumpang. Sekarang, agar bisa mengantar penumpang dan merasa aman, Grab membuat pembatas. Ini supaya mitra dan penumpang juga aman. Selain itu helm GrabBike juga harus bersih. GrabBike juga menyiapkan hairnet jika penumpang tidak membawa helm sendiri dan terpaksa memakai helm dari driver.

Selanjutnya, Grab memberikan disenfektan kepada para driver agar mereka selalu mencuci motornya sendiri setiap hari. Tetapi mereka juga bisa datang ke stasiun disinfektan yang Grab siapkan di 21 tempat di Jakarta dan 40 tempat di seluruh Indonesia.

Para driver juga diminta self declaration sebelum memulai nge-bid pada pagi hari. Mereka melaporkan berapa suhu tubuh mereka. Jika mereka tidak melakukan, mereka tidak bisa nge-bid pada hari itu. Lalu ada tambahan lain, driver harus menggunakan masker dan selfie. Pertama driver selfie tanpa masker, untuk mengetahui bahwa dia benar-benar pengemudinya. Lalu driver selfie dengan masker. Selain itu, Grab melakukan random check setiap hari, jika suhu tubuh driver lebih dari normal maka mereka diminta pulang untuk memeriksakan diri ke dokter.

Grab juga melakukan pengawasan tambahan yaitu penumpang bisa mengawasi driver, begitu pula sebaliknya. Apabila penumpang melihat driver tidak memakai masker, pesanan dapat dibatalkan. Kalau driver masih bandel, melepas masker di tengah jalan, penumpang dapat melaporkan. Apabila driver melihat penumpangnya tidak memakai masker, dia bisa menolak untuk mengantar. Kalau penumpang masih memaksa, driver bisa membatalkan tanpa ada pinalti. Dengan penyesuaian dan pengawasan ini diharapkan permintaan layanan transportasi Grab dapat meningkat.

Selain Grab Protect, Grab juga melakukan inovasi dengan meluncurkan GrabMart, pengguna bisa membeli groceries melalui driver. Ada juga inovasi GrabMerchant, merchant Grab tidak perlu pergi ke pasar, bisa membeli online dari supplier langsung. Pengantarannya bisa dari GrabBike atau GrabCar. Inovasi-inovasi ini Grab lakukan demi membantu driver untuk mendapat demand lain selain dari penumpang.

Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto memaparkan, bahwa transportasi pada Juni 2020 mengalami inflasi 0,41?ngan andil 0,05%. Kenaikan tarif angkutan udara mempunyai andil 0,02% pada inflasi. Kenaikan tarif angkutan antar kota dan roda dua online masing-masing memberi andil 0,01%.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Kenaikan tarif transportasi mencerminkan mobilitas masyarakat sudah berangsur meningkat. Kepercayaan masyarakat untuk menggunakan kembali sarana transportasi online sudah naik. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari berbagai penyesuaian dan pengawasan yang dilakukan penyedia jasa transportasi online.

Kabar baik juga datang dari Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (GARDA) Indonesia, Igun Wicaksono, pada saat era new normal, pendapatan driver perlahan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Meski peningkatan yang terjadi tidaklah terlalu besar, hanya berkisar antara 10 hingga 20 persen saja.

Membongkar Tuduhan Pratikno sebagai Operator Politik Jokowi, Strategi untuk Menjatuhkan

Hal ini terjadi setelah sejumlah wilayah seperti DKI Jakarta dan Bogor sudah memperbolehkan ojek online untuk membawa penumpang kembali. Selain itu driver yang semakin taat menerapkan protokol kesehatan juga menjadikan masyarakat semakin melirik kembali transportasi online.

Di masa pandemi ini, transportasi online memang mengalami penurunan pendapatan yang cukup drastis. Meskipun begitu, driver tetap bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari jasa mengantarkan barang dan makanan.

Demokrasi Tergerus oleh Penguasa yang Rakus
Ilustrasi belajar mengajar di sekolah dasar.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Kebijakan Merdeka Belajar yang digulirkan oleh Kemendikbudristek menjadikan pembelajaran lebih fleksibel.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.