Jangan Mau Jadi Korban Supremasi Kapital

Ilustrasi supremasi kapital.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Dalam kondisi nilai uang mengalami reset, kembali back to bacic. Ada beberapa peluang muncul.

Pemkot Tangsel Raih Opini WTP 12 Kali Berturut, Benyamin: Kami Selalu Bertekad Pertahankannya

1. Bilamana zaman jadul kantor konsultan setara hotel bintang enam, sekarang cukup di apartemen, plus WFH.

Jangan coba-coba overhead cost Anda Rp2 miliar bisa ambyar.

Pemkab OKU Timur Sabet Opini WTP ke-12, Bupati Lanosin: Alhamdulillah

Tekan biaya, semua dibuat WFH

2. Zaman jadul Anda berani bayar pejabat Rp100 juta karena peluangnya juga besar. Sekarang lebih baik freelance by komisi.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

3. Gunakan kesempatan volunteer. Buat organisasi volunteer. Jangan bayar gaji atau sewa di mall, Anda bisa ambyar.

Organisasi apa yang bisa volunteer?

Ingat walaupun omzet anjlok tapi beberapa yayasan memiliki dana abadi. Dana pensiun, dana pesangon, dipisahkan dari operasional.

4. Jangan gunakan satuan uang tapi cari ukuran satuan pengganti, misal, power, kuasa, dll.

Orang tidak sadar bahwa dalam organisasi yang dipertukarkan adalah power.


Yang dijajah itu adalah hasrat belanja. Setiap kali Anda klik buy, pada saat itu Anda tunduk kepada supremasi kapital. Tapi bilamana Anda tidak doyan belanja, Anda merdeka dari penjajahan kapital.

Bila Anda masih ego, masih gila hormat, Anda masih merasa ewuh pakewuh, Anda merasa bangsawan, seketika Anda terjajah secara kapital.

Zaman jadul ada istilah ningrat, Anda anaknya Sri Sultan Hamengkubuwono VIII lah itu kan sultan zaman Jepang? Ya aku keturunannya. Wah. Jauh bingit

Anda dijajah bila Anda merasa

Saya jenderal
Pak, Pak Brigjen
Iya jendral

Yaudah

Maka seketika Anda terjajah oleh kapital. Masih ada pensiunan jendral Brigjen yang kangen dengan Fortunernya.

Pak Brigjen, itu mobil kantor
Ya saya jenderal

Waduh

Anda bisa anjlok menghadapi kenyataan bahwa Anda tidak sanggup bayar bensin.  Memasuki era Supremasi Kapital. Anda dihadapkan pada pil pahit.

Pensiunan zaman old tinggal di Senopati atau Menteng sekarang di bulak kapal. Zaman old pensiunan diiming-iming pesangon, tunjangan hari tua, tabungan pendidikan asuransi reksadana sekarang kenyataannya jiwaku raya. Bumiku putra, tabungan ibu kopin ambyar. Bahkan bank korea bank Hanna pun ambyar.

Supremasi kapital itu adalah koreksi euforia bahwa Anda sekolah dijamin hidup dengan sejahtera. Zaman jadul sekolah gadai kambing sekarang gadai rumah.

Pensiunan korban supremasi Kapital

Impian pensiun hidup damai di desa itu utopia mimpi shangri la. Supremasi Kapital itu adalah mendudukkan wangsa waisya dan sudra sebagai kaum pekerja mencari upo, nasi.

Coba perhatikan sekarang, dokter jualan lemper, pastel, nasi uduk. Bolu meranti.

Kenapa?

Ya ada 100.000 dokter, ada ratusan ribu sarjana ekonomi tapi tidak paham uang, tidak paham supremasi kapital.

Paling kasihan adalah edukasi tentang supremasi kapital. Pejabat, jaksa, KPK, TNI gagap kapital. Dikasih 2T malah main helikopter. (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM, Alumni IPB Teknologi Pangan, dan Magister Manajemen Universitas Indonesia Lulus 1989)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.