Catatan Ringan: Jangan Bingung Menghadapi Pandemi COVID-19

Kartun Jokowi
Sumber :
  • vstory

VIVA - Tujuh bulan sudah Covid-19. Jumlah kasus dan jumlah kematian, meningkat. Demikian halnya dengan penyebarannya, tergolong cepat. Hingga saat ini (16/9) tercatat yang terkonfirmasi positif sebanyak 225.030 kasus. Dari angka tersebut, tercatat pasien sembuh dari virus corona sebanyak 164.101 orang, dan yang meninggal mencapai 8.965 orang.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Berbagai langkah sudah dilakukan pemerintah, seperti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dan melaksanaka protokol kesehatan; pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan.

Selain itu, pemerintah juga membentuk Satgas Penanganan COVID19 yang dipimin oleh Letjen TNI Dpni Monardo. Selanjutnya pemerintah juga membentuk komite yang lebih besar yang diberi nama Komite Penanganan Corona atau Covid-19 yang diketuai Airlangga Hartarto.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Dan yang terbaru Presiden menunjuk langsung Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan untuk menangani pandemi Covid-19 di sembilan provinsi dengan tingkat penularan tertinggi.

Dari berbagai langkah yang diambil, tampak jelas Presiden Jokowi dan jajarannya kebingungan menghadapi pandemi Covid-19. Kebingungan yang wajar mengingat hingga saat ini belum diketemukan obat dan vaksin untuk Covid-19. Selain itu, Covid-19 ini sangat menguras kas negara.

Membongkar Tuduhan Pratikno sebagai Operator Politik Jokowi, Strategi untuk Menjatuhkan

Sampai tersedianya obat dan vaksin, apa yang disampaikan Presiden Jokowi di awal-awal pandemi yang mengajak masyarakat untuk hidup berdampingin dengan virus corona, itu benar-benar terjadi dan dijalani. Virus corona harus bisa menjadi “sahabat” sehari-hari.

Dampak pandemi Covid-19 ini bukan saja pada kesehatan, tapi juga melumpuhkan perekonomian. Penerapan PSBB berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus yang lalu menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen.

Melemahnya perekonomian membuat gelombang PHK pun terjadi. Akibatnya tingkat pengangguran otomatis meningkat. Pada akhirnya angka kemiskinan juga meningkat.

Untuk itu wajar bila pikiran terpecah. Di satu sisi ingin menyelamatkan manusia, di sisi lain juga bagaimana menyelamatkan perekonomian. Pilihan yang sangat sulit, karena keduanya berkait erat dan hampir tak bisa dipisahkan.

Dan Presiden Jokowi pun beketetapan hati untuk memilih. Belum lama ini, Presiden Jokowi memberi arahan, bahwa kunci dari pemulihan ekonomi adalah kesehatan, sukses mengendalikan pandemic Covid-19. “Kesehatan yang baik akan menjadikan ekonomi kita baik," kata Presiden Jokowi. Artinya, fokus utama pemerintah saat ini adalah penanganan Covid-19.

Jadi, silang pendapat antara kebijakan yang diambil pemerintah provinsi dan jajaran pemerintah pusat, seharusnya tak perlu terjadi bila mengacu pada arahan Presiden Jokowi yang mengutamakan penangananan covid-19 (kesehatan).

Jadi, Satgas, Komite dan pemerintah provinsi jangan saling koreksi atau bantah satu sama lain terkait kebijakan penangan Covid-19. Fokus saja pada arahan Presiden Jokowi. (Lalu Mara Satriawangsa)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.