Kasus Mutilasi, Ini Pengalaman Wartawan Kriminal (2)

Nelson Siahaan (kiri) Diapari Sibatangkayu (kanan) -- kolase foto Nur Terbit
Sumber :
  • vstory

VIVA – Selama jadi reporter desk kriminal di Harian Terbit (Pos Kota Grup) Jakarta, memang biasanya saya bukan peliput peristiwa utama. Melainkan kebagian tugas menulis feature -- rubrik khusus di surat kabar dengan gaya bertutur atau story' telling -- dari kisah-kisah kriminal yang lagi jadi sorotan masyarakat.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Tugas ini memang gampang-gampang susah. Cuma sebatas diterjunkan oleh kantor setelah peristiwa terjadi dan sudah "dilahap" media koran harian. Waktu itu belum ada media online dan media sosial. Televisi juga seingat saya baru TVRI, belum ada televisi swasta.

Sebagai reporter pada desk kriminal, saya lalu disuruh investigasi sendiri ke lapangan. Tujuannya untuk "menjahit" kumpulan informasi atau berita yang berserakan lalu dibangun menjadi cerita utuh.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Repotnya lagi kala itu belum ada "Mbah Google" atau internet. Belum ada handphone kecuali telepon umum atau pesan satu arah melalu pager (Starko). Untuk literatur hanya mengandalkan berita koran, siaran radio, atau nongkrong di perpustakaan.

Ketemu Dokter Forensik, Mun'im

Membongkar Tuduhan Pratikno sebagai Operator Politik Jokowi, Strategi untuk Menjatuhkan

Pengalaman meliput berita kasus pembunuhan, juga diceritakan teman saya Nelson Siahaan, mantan Redaktur Desk Kriminan Harian Pos Kota Jakarta. Salah satunya penemuan mayat terpotong 13.

"Saat itu saya menghadapi kardus berisi mayat yang disebut terpotong 13 itu bersama dokter Munim yang ahli forensik dan polisi. Hingga dirangkai di kamar jenazah RSCM, saya ikut menyaksikan," kata Nelson, dengan posisi terakhir Redaktur Pelaksana (Redpel) koran Harian Pos Kota.

Sekadar informasi, dokter Mun'im -- lengkapnya dr Abdul Mun'im Idries, Sp.F pakar forensik terkemuka Indonesia -- pernah menerbutkan buku dengan judul "Indonesia X-File" Mengkap Pembunuhan Misterius, Dari Bung Karno Hingga Munir.

Banyak cerita yang kami gali, kata Nelson, tapi hasilnya nol untuk mengidentifikasi siapa mayat itu. Ternyata, penemuan mayat terpotong 13 itu bukan kasus mutilasi pertama di Indonesia.

"Wah.....awak masih SMA, abang udah berteman sama dokter Mun'im, pakar forensik....hehe. Ok teima kasih bang infonya. Berarti bukan pertama ya, tapi belum terungkap," sambar Diapari Sibatangkayu, wartawan yang kini sudah krimonol alumin S2 Universitas Indonesia (UI).

Menurut Nelson Siahaan, di Kebayoran Jakarta Selatan, dulu ada seorang wanita tengah baya bahkan pernah memasak jadi sop orang yang dibunuh dan dimutilasinya. Lalu sop manusia itu dibagi-bagi kepada tetangganya. Dia dijuluki "Aminah Si Drakula".

Waaahhh....ini lebih gila dan sadis ya, bang.

Dokter Mun'im sendiri menyimpulkan, apapun itu latar belakangnya, pelaku sudah dirasuki dendam. Lain soal, pelaku yang diperintahkan biasanya untuk menghilangkan jejak.

Namun, hingga saat ini tidak ada satu pun informasi yang masuk soal identitas korban. Tidak pernah ada keluarga, kerabat, atau rekan yang mengaku mengenal atau paling tidak, sempat melihat korban.

"Tapi anehnya, sidik jari ada, mukanya ada, tapi tidak terungkap sampai sekarang," ucap Mun'im.yang kini sudah almarhum.

Hingga 38 tahun kemudian, untuk kasus 'Mayat Terpotong 13" ini, masih belum juga terpecahkan. Tidak pernah ada yang bisa menunjukkan, siapa pembunuh kejam ini? Dan siapa sebenarnya korban Setiabudi 1981 ini. Selesai dari 2 tulisan (Nur Terbit).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.